Pages

Senin, 29 April 2013

OPTIMALISASI PRODUKSI



5.4       OPTIMALISASI PRODUKSI
            Adalah hal yang lumrah dan lazim bila perusahaan dalam operasionalisasinya selalu berusaha mendapatkan hasil terbaik terutama dalam pemanfaatan dana untuk produksi. Ukuran dari hebatnya seorang manajer perusahaan adalah bagaimana menggunakan dana yang dibatasi untuk menghasilkan barang secara efektif dan efisien (bukan selalu untung). Secara teoritis dalam teori produksi yang mempergunakan 2 variabel input bebas mengajarkan dua macam cara untuk mengoptimalkan produksi yaitu : dengan cara Mengoptimalkan Produksi (maksimum produksi) dan Mengoptimumkan Biaya (Minimum Biaya).

5.4.1  Optimum produksi
            Bila perusahaan telah  memiliki dana untuk memproduksi, harga 2 faktor input telah diketahui dan kombinasi faktor input telah ditetapkan maka tujuan perusahaan adalah berapa banyak barang yang bisa dihasilkan agar bisa mencapai kondisi paling optimum. Dalam hal ini yang menjadi kendala (constraint) adalah biaya (ISOCOST) sedangkan tujuannya adalah produksi (ISOQUANT),
            Misalkan diketahui total dana yang dimiliki perusahaan untuk memproduksi batu bata merah untuk tahun 2005 adalah Rp. 1000. upah tenaga kerja/hari Rp. 45. dan diskonto modal/1000 adalah Rp. 100. Kombinasi faktor input adalah Q = TK x M, 

Kedua fungsi atas dapat juga diselesaikan dengan cara subtitusi biasa, tapi saya menyarankan untuk memanfaatkan cara yang terdapat dalam teori nilai guna sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya (teori pilihan konsumen).
            Bila menggunakan metode Lagrange (metode ini memang sangat baik bila fungsi biayanya dalam bentuk pangkat dua atau lebih), maka gunakan pendekatan derivative parsial sebagai berikut :
            Turunkan Z terhadap masing-masing TK dan M sebagai berikut :
                       
                          
Banyak cara bisa dilakukan untuk mendapatkan nilai TK dan M, misalnya dengan memperhatikan persamaan hasil derivasi yaitu 100M = 45TK dan persamaan kendala ISOCOST 1000 = 45TK+ 100M,

Cara praktis (perhatikan ketentuannya):        
          

Nilai TK dan M masukan dalam persamaan produksi :
                                                Q = TK x M → Q = 5 x 11,111111 = 55,555555
Berarti dengan uang sebanyak Rp. 1000 pada masing-masing harga faktor  produksi TK dan M adalah sebesar Rp. 45 dan Rp. 100, banyaknya batu bata merah yang bisa diproduksi secara optimum adalah sebanyak 55,555555 unit.
            Coba perhatikan, bila misalkan pimpinan perusahaan tetap ingin memproduksi sebanyak 55,555555 unit akan tetapi hanya menggunakan tenaga kerja sebanyak 5 orang, maka banyaknya modal adalah :
                                

(ingatlah asas trade off dalam MRTS, dalam kasus ini karena mengurangi TK maka akan dan harus memperbesar M). Akan tetapi nilai ini bila dialokasikan dalam fungsi biaya hasilnya ternyata : C = 45(5) + 100(11,111111) = 225 + 1111,1111 = Rp. 1336,1111, padahal dana hanya Rp. 1000, artinya bila pimpinan perusahaan ingin mengurangi tenaga kerja sebanyak 6 orang maka konsekwensinya ia harus menambah dana sebesar Rp. 336,1111. Akan tetapi karena dananya hanya Rp. 1000, maka kombinasi tenaga kerja sebanyak 11 orang dengan modal sebanyak 5 (bisa 5 unit mesin, 5 bulan masa pinjam atau lainnya)adalah paling optimum. Hal ini bisa dibuktikan dengan menggunakan ketentuan :

Jadi benar (secara matematis) bahwa produksi sebanyak 55,555555 unit dengan menggunakan tenaga kerja dan modal masing-masing sebanyak 11 dan 5 telah optimum (bukan extremum yaitu memiliki titik maksimum atau minimum) dan produksi inilah yang paling optimum (pas antara biaya yang disediakan dengan kebutuhan jumlah tenaga kerja dan modal untuk memproduksi barang sebanyak 55,555555 unit tersebut). 

5.4.3. ELASTISITAS PRODUKSI UNTUK 1 FAKTOR INPUT (1 FAKTOR PRODUKSI)
            Untuk produksi yang menggunakan 1 faktor input secara teoritis telah dijelaskan bagaimana strategi penggunaan tersebut yitu dengan memperhatikan MP dan AP. Bila MP = 0, maka sebaiknya tidak perlu menambahkan factor input lagi. Bila MP = AP maka produksi relatif sudah mapan/stabil, dengandemikian produksi tidak perlu menambahkan factor input lagi? Tapi menentukan nilai MP = 0 terkadang relative sulit bila tidak mengektrapolasinya dengan memanfaatkan model dan gaya matematika (teknik derivasi), lagi pula hal ini relative mengandung resiko karena jarang ada perusahaan bisa menentukan kapan tambahan factor input tidak memberikan tambahan apa-apa pada produksi
 

Blogger news

Blogroll